Ormawa FAI Gelar Dialog Suara Perempuan: Menggugat Ketimpangan dan Meneguhkan Aksi Nyata Perubahan

Mataram, 8 Oktober 2025 — Organisasi Mahasiswa Fakultas Agama Islam (Ormawa FAI) Universitas Muhammadiyah Mataram menggelar kegiatan Dialog Suara Perempuan dengan tema “Membongkar Realitas, Menggugat Ketimpangan, dan Merumuskan Aksi Nyata dari Agenda Perempuan untuk Perubahan.”
Kegiatan ini berlangsung di Aula Fakultas Agama Islam dan dihadiri oleh dosen, mahasiswa, serta perwakilan lembaga kemahasiswaan yang turut berpartisipasi aktif dalam diskusi.

Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan I Fakultas Agama Islam, Dr. Muhlisin M.S.I. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif Ormawa FAI dalam menghadirkan ruang dialog akademik yang kritis, reflektif, dan berorientasi pada solusi. Ia menegaskan bahwa isu kesetaraan gender bukan hanya persoalan perempuan semata, melainkan tanggung jawab kolektif seluruh elemen masyarakat untuk membangun tatanan sosial yang lebih adil dan beradab.

“Perempuan memiliki peran besar dalam dinamika sosial dan pembangunan bangsa. Melalui kegiatan seperti ini, mahasiswa dilatih untuk berpikir kritis, berempati, dan menumbuhkan kesadaran kolektif terhadap isu-isu kemanusiaan,” ujar Muhlisin.

 

Dialog ini menghadirkan tiga narasumber utama yang menyoroti persoalan ketimpangan gender dari berbagai perspektif. Narasumber pertama, Prof. Dr. Atun Wardatun M.Ag., M.A., Ph.D., memaparkan pentingnya kesadaran struktural dalam memahami ketimpangan gender. Menurutnya, ketidakadilan terhadap perempuan tidak lahir secara alamiah, melainkan dibentuk oleh sistem sosial yang secara historis menempatkan perempuan pada posisi subordinat, terutama dalam pengambilan keputusan di ruang publik dan politik.

“Ketimpangan gender tidak lahir begitu saja, tetapi dibentuk oleh sistem dan struktur sosial yang belum berpihak pada keadilan. Maka, perjuangan perempuan adalah perjuangan melawan struktur yang menindas, bukan sekadar perbaikan perilaku individu,” ungkap Atun Wardatun.

 

Sementara itu, Humaira M.Pd. menguraikan bentuk-bentuk nyata ketimpangan yang masih dihadapi perempuan di berbagai sektor kehidupan, seperti marginalisasi ekonomi, beban ganda, kekerasan berbasis gender, serta keterbatasan akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan. Ia menegaskan bahwa perempuan sering kali masih dipersepsikan hanya layak di ranah domestik, padahal kontribusinya terhadap pembangunan sosial, pendidikan, dan ekonomi sangat signifikan.

“Perempuan sering dipinggirkan dalam akses terhadap sumber daya ekonomi dan politik. Padahal, mereka memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan di berbagai sektor kehidupan,” ujarnya Humaira.

 

Adapun narasumber terakhir, Miftahul Jannah M.Pd., memaparkan data empiris terkait kondisi ketimpangan gender di wilayah Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan data per Mei 2025, indeks ketimpangan gender di Lombok Barat tercatat sebesar 0,538; Lombok Tengah 0,5; Lombok Timur 0,551; Sumbawa 0,3; Dompu 0,5; Bima 0,4; Sumbawa Barat 0,4; Lombok Utara 0,5; dan Kota Mataram 0,4.
Ia juga menyoroti rendahnya keterlibatan perempuan dalam politik nasional yang baru mencapai 21 persen, menempatkan Indonesia pada urutan ke-113 dunia. Selain itu, tingkat partisipasi perempuan di pasar kerja masih rendah, yakni hanya sekitar 53 dari 100 perempuan. Di sisi lain, kasus kekerasan seksual terhadap perempuan masih tinggi, mencapai 233 kasus di Nusa Tenggara Barat sepanjang 2025, dengan bentuk kekerasan paling dominan berupa catcalling di tempat kerja.

“Data ini menunjukkan bahwa perjuangan perempuan masih panjang dan membutuhkan kolaborasi lintas sektor untuk memastikan keadilan dan perlindungan yang lebih nyata,” ujar Miftahul Jannah.

Melalui kegiatan dialog ini, Ormawa FAI berharap agar mahasiswa dan masyarakat kampus semakin peka terhadap isu-isu ketimpangan gender serta terdorong untuk berperan aktif dalam menciptakan perubahan sosial yang berkeadilan. Kegiatan ini menjadi ruang penting bagi civitas akademika Universitas Muhammadiyah Mataram untuk memperkuat komitmen moral dan intelektual dalam mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan semangat kesetaraan dan kemanusiaan.